Jumat, 11 November 2016

Fenomena “Gue-Lo”



Sugeng ndalu Voyagers..

Kali ini mau bahas hal unik dalam rantauanku. Bahasa gaul “Gua atau Gue dan Lu atau Loe” gatau mana yang bener intinya itu lah. Malem ini izinkan saya memakai 2 kata itu dalam post kali ini.

Gue nggak tau dimana letak kegaulan kata-kata “Gue Lo”, yang jelas kalau tiba-tiba ntar gue balik ke Malang terus keceplosan ngomong “Gue Lo” ke temen-temen gua di Malang, pasti kena semprot,

“Ciye udah jadi anak Jakarta sekarang, udah gaul ngomongnya pake gua-lu-gua-lu,”
Sudah biasa....

Dan gue berkata dalam hati "Mampus keceplosan." -__-

Ya nggak? For your info guys, temen gue di sini emang nggak semua orang Jakarta yang ngomong pake gua-lu-gua-lu, tapi pasti ada lah yang ngomongnya pake bahasa kek gitu. Tulen orang Jakarta asli. Ya emang begitu ngomongnya, mau nggak mau kadang kita ketularan ngomong kayak gitu.

Gue cuma mau bilangin aja, di sini kalaupun ngomong sama orang Jawa, orang Medan, orang Makassar, kalau pakai gua-lu itu biasa aja, karena mereka juga adaptasi sama kota metoprolitan Jakarta ini. Kebanyakan orang berpikir negatif atau mengangap songong kepada orang-orang yang ngomongnya pake gua-lu. Buat gue, itu nggak banget. Plis guys, gua-lu nggak bisa dijadiin ukuran buat mengukur kesongongan seseorang, kenegatifan seseorang--sorry yang nggak tau songong.

Awal mula gue di sini juga gitu, menganggap gua-lu bukan kosa kata yang baik dan menunjukkan kepribadian seseorang yang cenderung negatif. Tapi setelah kurang lebih empat bulan di sini, ternyata mereka semua orang baik kok, bahkan sangat baik. Mereka suka nolong, suka bantu, aktif kontribusi, peduli, dan lain-lain. Dan mereka ngelakuin itu semua dengan bahasa gua-lu.

Now, i realized. Gua-lu nggak seburuk itu. Mereka ngomong pake gua-lu karena udah kebiasaan sama lingkungannya di Jakarta sejak kecil, nggak ada alasan apa-apa biar dianggap gaul atau apa, ya sama kayak orang Jawa kalau dari kecil udah ngomong bahasa krama atau jawa karena apa? Ya karena dari kecil dididik, interaksinya, ngobrolnya pake bahasa jawa. Setiap daerah punya budayanya, dan mungkin gua-lu adalah budaya masa kini milik orang Jakarta.

Apakah budaya itu buruk? Relatif. Budaya harus dihormati kan?

So, menurut aku pribadi, gua-lu memang bukan Bahasa Indonesia yang baik untuk dilestarikan, tapi untuk saat ini fokus gue di post ini adalah jangan menjudge mereka yang ngomong pake bahasa gua-lu-gua-lu dengan pandangan negatif. Entah menganggap mereka sok gaul, mereka sok keren, mereka nggak bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar, mereka juga orang Indonesia keless, mereka sombong dan mengajarkan bahasa yang buruk, no, jangan menjudge mereka seperti itu.

Mereka juga mungkin terkena efek lingkungan yang akhirnya membuat mereka terbiasa menggunakan bahasa gua-lu itu. Apalagi buat kalian yang hidup di Jakarta, kalian harus adaptasi, kalau enggak bisa kena seleksi alam entar. Wkwk. Kalau kalian memandang negatif orang hanya karena gua-lu-gua-lu, tu orang juga bakal nganggap lu negatif ntar. Mau nggak? Enggak kan?

Ciptakanlah perdamaian di negeri ini, bersatulah wahai generasi muda untuk membangun dan memajukan bangsa ini.

Nggak tau kesambet apa tiba-tiba pingin aja ngepost gini, salam hangat dari anak Malang yang lahir di Sidoarjo dan sedang merantau di Bintaro, Tangerang Selatan yang kata orang kadang dibilang Jakarta.

Nite Voyagers ^^
Sincerely, Daniah.

0 komentar:

Posting Komentar

Orang Baik

Powered By Blogger

Jejak Istimewa