Selepas menamatkan kumpulan esai Eka Kurniawan saya menjadi
ngebet untuk menghabiskan antrean buku yang sudah menumpuk di rak. Jadilah
seharian kemarin saya menghabiskan sebuah kumpulan cerpen dalam buku berjudul “Bu
Guru Cantik” karya Hasta Indriyana.
Buku dengan gambar sampul tokoh wayang dengab pakaian ala
ibu guru lawas ini menarik perhatian saya kala berkelana di pameran buku
terbesar Big Bad Wolf bulan Mei lalu. Berisi 19 cerita pendek yang hampir
semuanya pernah diterbitkan di berbagai media sepanjang 2003-2016. Dengan tebal
200 halaman dan diselipkan berbagai gambar lukisan, buku ini ringan dan
menyenangkan untuk dibaca.
Hasta Indriyana mengambil latar kebanyakan di Gunungkidul,
Yogyakarta-tempat kelahirannya dan mengambil tokoh seorang guru sebagai pemeran
utama. Di sini saya berkenalan dengan 19 orang guru yang memiliki latar
belakang dan kehidupan yang berbeda-beda. Entah tokoh fiksi atau nyata, karena
dalam kata pengantar yang dituliskan oleh Suminto A. Sayuti, disebutkan bahwa
Hasta sedang berupaya untuk mengaburkan batas antara fakta dan fiksi. Hal
tersebut malah menjadikan perjalanan saya membaca buku ini menjadi lebih seru.
Sebabnya saya berpikir setiap selesai membaca sebuah cerita, “hmm ini cerita
nyata atau tidak ya? Kalau benar-benar nyata, bagaimana ya kalo beneran ada
tokoh kayak gitu? Ah apa hanya fiksi ya?” sebelum akhirnya saya melanjutkan ke
cerita berikutnya.
Hal menarik juga disampaikan oleh Suminto A. Sayuti:
“Bagi Hasta, “peristiwa yang terjadi itu menimpa siapa” merupakan pertanyaan yang lebih penting daripada sekadar “apa yang kemudian terjadi”. Itu mengapa cerpen-cerpen Hasta lebih sebagai cerpen tokohan daripada cerpen peristiwaan. Baginya, tokoh merupakan pemegang kunci paling menarik dalam sebuah cerita.
Kausalitas yang terjadi adalah banyaknya plot twist yang terjadi dalam ceritanya.
Sepanjang mengikuti perjalanan tokoh-tokohnya, tak jarang saya membelalakkan
mata, berkata “Wow”, atau tertawa di setiap kalimat akhir cerita karena seakan
telah menemukan jawaban. Bagi para penggemar cerita dengan plot twist, Hasta mampu menghadirkannya untuk kalian dalam kehidupan
seorang guru.
Salah satu plot twist
favorit saya adalah dalam cerita “Dan Kini Aku pun Menjadi Tua”. Bercerita
tentang seorang tokoh yang jatuh cinta pada seorang lelaki yang ternyata adalah
saudara sepersusuannya sendiri sehingga menjadikan pernikahan diantara keduanya
adalah haram. Tau-tau ternyata si lelaki malah menikah dengan kawan
perempuannya yang sempat mencomblangkan mereka saat itu. Hingga di kalimat
akhir kawannya mengatakan untuk menjodohkan anak lelakinya dengan anak
perempuan si tokoh utama dan tokoh utama mengiyakan dalam hati “Kalau berjodoh,
Amri dan Zahra akan kami nikahkan. Ya, setidaknya niatku dulu untuk bisa
menikah dengan Sudar, suami Wening, tidak kesampaian-setidaknya biarlah anak
kami yang menikah. Tuhan pasti menciptakan alur terbaik buat hamba-Nya.”
Hasta lihai memainkan tokoh-tokohnya dengan plot yang
liar-meski tidak seliar cerita pendek Puthut EA atau Eka Kurniawan-dengan
kalimat yang ringan dan lugas. Kebanyakan cerita kental dengan romansa-juga
ironi kehidupan.
Cerita pendek yang panjang-seperti salah satu judul
ceritanya-tepat merepresentasikan kumpulan kisah dalam buku ini. Mengantar
pembaca pada kehidupan yang seakan baik-baik saja beriring dengan berbagai
problema yang meronta dalam sunyi. Kumpulan cerita pendek “Bu Guru Cantik” ini
pas dibaca dalam sekali duduk bagi kalian yang merindukan alur tak terduga
sembari menyeruput kopi dan menghisap sebatang rokok. Selamat membaca!


0 komentar:
Posting Komentar