Senin, 27 Agustus 2018

Opening Ceremony Asian Games 2018: Perayaan Kemerdekaan Sekali Seumur Hidup


Dua tahun lalu saya merayakan 17 Agustus dengan mengikuti upacara bendera di istana negara melalui televisi di rumah. Setahun lalu saya merayakan 17 Agustus di Puncak Gunung Ijen Banyuwangi. Kedua pengalaman tersebut mungkin saja saya ulangi di tahun-tahun berikutnya jika saya menginginkannya. Namun, berbeda dengan tahun 2018 ini yang mungkin akan menjadi perayaan 17Agustus sekali seumur hidup yang pernah saya rasakan.

Momen tujuh belasan tahun ini saya habiskan bersama 300 pemuda pemudi dari 34 provinsi di seluruh Indonesia. Kami adalah gabungan dari pemenang kompetisi menulis, blog, duta supporter, virtual run, dance, hingga influencer terbaik dalam rangka mendukung bersama kegiatan Asian Games 2018. Satu orang terbaik dari 34 provinsi di Indonesia dipilih sebagai pemenang dalam setiap kategori kompetisi. Kami diundang untuk menikmati rangkaian hadiah dari Kementerian Komunikasi dan Informasi dan Penerbit Bitread (bagi pemenang kompetisi menulis dan blog) selama 4 hari di Jakarta, yaitu mulai tanggal 15-18 Agustus 2018.

Beberapa pemenang kompetisi (saya yang memfotokan)

Pada tanggal 17 Agustus 2018, 300 orang pemuda pemudi diajak berkeliling Wisata Kota Tua di Jakarta. Kami mengunjungi Museum Sejarah Indonesia, Museum Wayang, dan Museum Keramik. Kami diajak untuk lebih mengenali dan mencintai budaya negeri sendiri. Di penghujung hari kami disuguhi gala dinner di Pantai Segara Ancol. Momen-momen seperti itu kami gunakan untuk saling mengenal sahabat seluruh pulau.

Esoknya, kami berkesempatan mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah dan Museum Penerangan. Hingga saat yang dinantikan, kami menyaksikan gelaran bersejarah di Indonesia secara langsung dari Gelora Bung Karno. Betapa bahagianya para anak muda ini diundang untuk menjadi saksi Opening Ceremony Asian Games 2018.

Bersiap untuk menonton Opening Ceremony Asian Games 2018 di depan Gelora Bung Karno (saya bercelana krem)

Setelah pertunjukan dibuka oleh beberapa penampilan, pasukan pengibar bendera masuk dan bersiap untuk mengibarkan sang saka merah putih di hadapan ribuan penonton, bersama patung garuda raksasa bercahaya emas menemani. Ketika lagu Indonesia Raya mulai berkumandang, jantung saya berdegup kencang-bahkan saat saya menuliskan ini, saya bisa merasakan jantung saya berdegup lebih cepat. Mata saya tak kuasa membendung air mata yang akhirnya menetes ketika sang saka mulai mencapai setengah perjalanan tiangnya. Hingga akhir lagu, saya masih menangis sembari menyanyikan lagu kebangsaan negeri tercinta, Indonesia Raya. Sekali lagi, momen kemerdekaan tahun ini menjadi yang terbaik dalam hidup saya. Mungkin hanya sekali seumur hidup saya mendapat kesempatan emas seperti ini.

Pengibaran Bendera Merah Putih di Opening Ceremony Asian Games 2018 (source: kpopchart.net)

Mengapa menjadi perayaan sekali seumur hidup? Karena momen yang mempersatukan kami dan menjadi kenangan manis ini, Asian Games 2018, baru kali kedua diselenggarakan di Indonesia setelah 56 tahun lamanya Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games keempat pada 1962 lalu. Belum tentu 50 tahun lagi Indonesia dipilih menjadi tuan rumah kembali, belum tentu 50 tahun ke depan saya masih hidup, dan belum tentu pula 50 tahun di masa yang akan datang saya menjadi pemenang kompetisi ini. 

Tentu banyak pihak yang saya haturkan terima kasih atas segala rezeki ini, salah satunya juga era digital. Berkat era digital saya bisa menemukan informasi kompetisi ini, berkarya dan berkompetisi di dalamnya, kemudian terpilih menjadi pemenangnya, dan menikmati rangkaian kejutannya. Karena era digital, saya bisa menyaksikan Opening Ceremony Asian Games 2018 secara langsung gratis tanpa dipungut biaya dan menangis bangga menyanyikan lagu kebangsaan saat pengibaran sang saka merah putih. Terima kasih, saya merasakan kemerdekaan era digital yang sesungguhnya.

Kehebohan saya saat Opening Ceremony Asian Games 2018 berlangsung

Menurut kamus Wiktionary, era digital adalah periode dengan kemunculan teknologi digital. Dimana teknologi digital sendiri dilansir dari laman Blurtit.com merupakan alat yang mengandalkan sinyal komputer diantaranya seperti komputer, laptop, internet, modem, smarthphone, televisi, kamera digital, dan sebagainya. Alat-alat tersebut tentunya sudah tidak asing di kehidupan kita bukan? Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), sepanjang tahun 2017, pengguna internet di Indonesia mencapai lebih dari 50% dari total populasi. Sedangkan menurut data databoks.co.id, pengguna ponsel di Indonesia mencapai 142% dari populasi. Kita semua merasakan bagaimana hari-hari yang dijalani saat ini telah pantas disebut sebagai era digital.
Bagi mereka yang mampu memanfaatkan kelahiran era digital ini dengan baik, maka mereka pasti merasakan bagaimana merdekanya di era digital. Termasuk saya sendiri, penikmat kemerdekaan era digital.

Sudah menjadi rutinitas untuk meng-update berita di sosial media seperti di instagram, facebook, maupun website untuk berburu kompetisi menulis gratis yang bisa saya ikuti. Bulan Agustus ini sangat banyak kompetisi menulis gratis yang saya jumpai hingga tak bisa semuanya saya ikuti. Padahal biasanya setiap bulan saya hampir mengikuti seluruh kompetisi menulis gratis yang diselenggarakan. Salah satu pemicunya mungkin karena Indonesia sedang dalam momen kemerdekaan dan Asian Games, sehingga membuat banyak lomba lahir untuk menyemarakkan keduanya. Hampir 20 lebih kompetisi saya temukan bertenggat waktu hingga akhir Agustus. Jumlah tersebut 5 kali lipat dari bulan biasanya lho... Di bulan-bulan biasa kompetisi menulis gratis hanya ada sekitar 4 sampai 5 buah saja.

Era digital memberi kemudahan bagi seluruh individu untuk mengakses informasi bermanfaat. Era digital membuka kesempatan bagi setiap individu untuk berkarya dan berkembang dengan metode baru yang lebih mudah menjangkau orang lebih banyak. Era digital mampu menjadikan anak muda menghabiskan waktu luang untuk sesuatu yang bermanfaat.

Seperti itulah bagaimana era digital mampu mengembangkan kreativitas para inovator dan menghasilkan karya yang luar biasa. Tidak hanya karya yang bisa dinikmati sendiri namun juga bermanfaat bagi orang lain. Era digital telah datang, waktunya generasi harapan bangsa bangkit dan memanfaatkan kemajuan teknologi digital di era ini. Merdeka!
Merayakan 17 Agustus bersama replika Soekarno di Kota Tua





Selasa, 21 Agustus 2018

Ekspedisi Nasi Goreng Nikmat Bintaro


“Eh, nasi goreng paling enak di Bintaro di mana sih?”
“Aku udah 1 tahun di sini dan belum menemukan nasi goreng enak di Bintaro. Di mana sih yang paling enak?”
“Ah, aku nggak mau kalau makannya nasi goreng. Nasi goreng di Bintaro nggak seenak di kampung aku.”

Nasi Goreng STAR Pak.E Leo Bintaro
Begitulah pembicaraan yang biasa muncul ketika aku dan beberapa temanku membahas tentang nasi goreng. Makanan yang satu ini memang paling universal. Karena di tanah manapun kaki berpijak, saya pikir akan selalu ada tukang nasi goreng di sana. Sayangnya, tidak semuanya bisa menghasilkan cita rasa yang nikmat di lidah.

Dua tahun yang lalu, saat pertama kali saya merantau di Bintaro, saya belum bisa menjawab pertanyaan teman-teman saya itu. Saya selalu bertanya-tanya pada diri saya sendiri dan orang lain, di manakah tukang nasi goreng yang menjual nasi goreng paling nikmat di daerah ini? Sampai-sampai saya bertekad pada diri sendiri.
“Suatu hari saya akan menemukan nasi goreng paling nikmat di daerah ini!”

Tentu saja, saya tidak rela apabila belum menemukan kearifan lokal makanan favorit saya di daerah ini.
Ekspedisi nasi goreng nikmat di Bintaro pun dimulai. Saya memulainya dari nasi goreng paling dekat dengan kontrakan sampai dengan radius 1 kilometer dari kontrakan, semuanya saya coba satu per satu. Kira-kira sudah 10 gerobak nasi goreng berbeda yang telah saya coba. Namun, belum ada satu pun yang rasanya pas di lidah.

Hingga pada awal tahun 2018 lalu, salah seorang kawan mengenalkan saya pada nasi goreng yang menjadi titik akhir ekspedisi. Akhirnya, saya sudah bisa menjawab dengan raut muka berseri apabila ada yang menanyakan perihal nasi goreng nikmat di daerah ini.
“Kalian sudah coba Nasi Goreng Pak Leo di Jalan Ceger belum? Saya yakin nasi goreng yang satu itu bisa menjawab pertanyaan kalian semua.”

Hasil penelitian saya menunjukkan bahwa, 5 dari 5 orang yang bertanya perihal nasi goreng nikmat di Bintaro kepada saya menyatakan sepakat, bahwa Nasi Goreng  Pak Leo adalah yang terbaik di Bintaro sampai hari ini.


Gerobak nasi goreng ini berada di dalam sebuah gubuk kuat. Kalian bisa menemukannya di Jalan Ceger Raya, Jurangmangu Timur, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Lokasinya tepat bersebelahan dengan swalayan berjudul Ahad. Meskipun berada di kota yang tergolong metropolitan, suasananya terasa sederhana. Kaki akan langsung berpijak pada lantai semen dan kepala dilindungi oleh atap seng.

Bagi lidah saya, bumbu racikan Nasi Goreng Pak Leo ini memberikan rasa yang kuat di lidah. Tidak seperti nasi goreng lain yang pernah saya coba sebelumnya, kebanyakan mereka tidak memberikan cita rasa di lidah saya, alias terasa hambar.

Butiran nasinya lembut dan tidak menyakitkan tenggorokan saat ditelan. Beberapa nasi goreng lain terkadang nasinya sedikit agak keras atau kering. Sehingga membuat kurang nikmat.


Potongan bakso, ayam, dan telur dimasak dengan matang dan pas. Di sini jika kamu membeli nasi goreng tipe biasa memang sudah mendapatkan paket potongan bakso, ayam, dan telur. Di beberapa nasi goreng lain hanya menambahkan topping telur dan ayam atau bahkan telur saja. Jadi, bisa dibilang komplit, deh!

Mana suaranya pecinta masakan pedas? Seperti saya yang selalu memesan “Satu nasi goreng biasa pedas ya, Pak!” Kalian tidak perlu khawatir. Rasa pedas yang melekat pada nasi goreng ini takarannya sangat pas. Tidak terlalu pedas, tapi memberikan sensasi pedas yang memanjakan lidah. Saya menjamin kalian tidak akan merasa kepedasan tapi bisa menikmati rasa pedas itu.

Potongan acar, wortel, bawang merah, dan cabai segar menambah bau harum dari nasi goreng ini. Mereka berhasil membuat selera makan menjadi meningkat. Satu hal terakhir yang tidak bisa lepas dari nasi goreng, benar sekali, kerupuk! Ditambah segelas es teh sebagai penghilang dahaga. Serta ditemani oleh buku bacaan, lengkap sudah makan malam hari ini!



Masak air dalam teko
Kata ibu untuk membuat susu
Barang siapa jalan-jalan ke Bintaro
Nasi goreng Pak Leo siap menyambutmu!

Oh ya, satu fakta lagi yang ingin saya bagi. Semenjak saya menemukan nasi goreng ini di awal 2018 lalu, saya belum pernah dan selalu menolak untuk mencoba nasi goreng lain hingga detik ini. Ia selalu menjadi pilihan pertama dan terakhir saya perihal nasi goreng di tanah Bintaro ini. Jika ditanya mengapa, entah, saya sendiri juga tidak tahu alasannya. Lagipula, cinta tak perlu alasan, ‘kan? Salam hangat dari nasi goreng langit Bintaro!

Orang Baik

Powered By Blogger

Jejak Istimewa