"Sambelnya yang banyak ya, Mbak."
Langitnya mendung, sepertinya mau hujan,
paling pas makan bakso pedas selagi panas. Dua jam memacu setir mobil cukup
melelahkan juga, untungnya terselamatkan dengan hijau-hijau hutan-gunung
sepanjang jalan tol tadi. Melihat bangunan rest area yang cakep membuat
saya tidak tahan ingin mampir, maklum, baru pertama kali saya lewat tol Pandaan-Malang
ini.
“Jalannya sudah bagus ya, Mas, ini juga sudah
ada rest areanya, enak buat istirahat. Nggak takut ngantuk lagi,
penumpang juga senang perjalanannya lebih cepat.” Celetuk Bang Juned, sebut saja
begitu, seorang sopir bus malam yang sedang menyantap soto ayam di
kursi depan saya.
“Zaman Jokowi ini memang banyak banget
jalan baru, aku kirim Durian dari Palembang ke Jakarta kemarin bisa hemat
sampai 1 hari 1 malam lho, Bang! Jadi nggak takut lagi buahnya busuk di jalan!”
seru lelaki muda di sebelahnya yang sedang menyeruput jahe hangat, sebut saja Bang Budi, seorang sopir truk yang suka kirim durian, sawit, ketela, padi,
dan barang macam apa saja sudah pernah dia bawa.
“Ini namanya percepatan pembangunan
infrastruktur, Bang. Pemerintahan kali ini sedang fokus menciptakan
konektivitas dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Tujuannya
satu: Indonesia-sentris!” seru saya yang tiba-tiba semangat membahas topik
infrastruktur Indonesia ini.
Dalam pidatonya sebagai presiden terpilih
pada Juli 2019, Jokowi menyampaikan bahwa tahapan pertama untuk menjadi negara
yang lebih produktif dan berdaya saing tinggi adalah dengan melanjutkan pembangunan
infrastruktur. Pemerataan ekonomi dan kesejahteraan rakyat dapat tercapai
dengan menghubungkan kawasan perkotaan dengan pedesaan, kawasan produksi dengan
jaringan konsumen yang lebih luas, sehingga tercipta pertumbuhan nilai ekonomi
rakyat.
Konektivitas Darat, Laut, dan Udara: Infrastruktur Pertumbuhan Ekonomi Rakyat
Proyek besar jalan Trans-Sumatera,
Trans-Jawa, Trans-Kalimantan, Trans-Papua, dan Trans-Sulawesi, secara bertahap
diwujudkan perlahan, manfaatnya agar menjadi jalur penghubung antar seluruh
provinsi di Indonesia.
![]() |
| sumber: Kompas |
Manfaat pertama yang akan dirasakan adalah berkurangnya biaya logistik distribusi produk, sudah hemat tenaga, hemat waktu, hemat uang bensin pula. Kedua, bertambahnya kapasitas pengangkutan barang dan penumpang baik darat, laut, maupun udara. Ketiga, meluasnya jaringan distribusi barang karena akses menuju wilayah yang sebelumnya sulit dicapai sekarang lebih mudah, tidak perlu bingung lagi mau jual barang ke siapa.
Tidak hanya jalan tol, akses jalan raya di
daerah terpencil juga memberikan manfaat besar bagi masyarakat di sekitarnya. Pembangunan jalan baru untuk wilayah perbatasan Indonesia di
tiga pulau yaitu Kalimantan, NTT, dan Papua juga telah dirampungkan bertahap. Dari yang mulanya harus menginap di jalan,
takut ada preman, harus menebas tanaman liar di hutan, lumpur yang bisa merendam
sampai selutut, berkat adanya jalan aspal di perbatasan, warga bisa melakukan
aktivitas ekonomi lebih mudah dan produktif.
Era ini juga dikenal nama tol laut, sebuah
proyek jalur pelayaran bebas hambatan menggunakan kapal besar untuk keperluan logistik yang menghubungkan pelabuhan di rute utama. Dengan adanya tol
laut, ongkos kirim barang utamanya sembako ke pulau-pulau terpencil, Pulau Sabu
di NTT misalnya, bisa lebih murah. Terbukti selama 2018, harga barang-barang turun hingga 20-30 persen, harapannya tidak ada lagi kelangkaan barang
pokok di seluruh wilayah Indonesia.
![]() |
| sumber: Media Indonesia, Detik.com |
Bicara tentang air, infrastruktur bendungan di Indonesia juga menjadi perhatian utama pemerintah. Sebanyak 65 bendungan dari penjuru barat hingga timur sudah dan akan dibangun untuk memenuhi pasokan air dan sistem irigasi para petani. Saya jadi ingat kata Ayah saya dulu di desa, “Petani kalau nggak ngandelin taneman ya nggak punya uang.” Dengan terjaminnya ketersediaan air, tanaman bisa panen, ketahanan pangan Indonesia pun menjadi lebih kuat.
Infrastruktur Negeri Mendukung
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat
“Tapi, Mas, kalau bangun jalan saja kok
kayaknya dari tadi yang untung besar hanya pedagang dan pengusaha saja, bagaimana
dengan orang kecil lainnya, Mas? Katanya mau menyejahterakan rakyat, nggak
semua rakyat bisa dagang, to?” pungkas Bang Budi.
“Infrastruktur nggak cuma bangun jalan dan bangunan,
kok. Gampangnya begini, manfaat utama yang ingin dicapai pemerintah dalam
pembangunan infrastruktur ini ada dua: pertumbuhan ekonomi dan pemenuhan
pelayanan dasar rakyat.”
Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan konektivitas darat, laut, dan udara mulai dari jalan raya, jembatan gantung, lintasan kereta api maupun listrik, bandara, pelabuhan, sistem irigasi, dimana kesemuanya itu yang jelas akan membuka ladang penghasilan baru, bukan? Sedangkan untuk pemenuhan pelayanan dasar masyarakat diantaranya
ada beberapa aspek infrastruktur yang mesti dicapai seperti sumber listrik dan
energi memadai, pemukiman layak, serta jaringan telekomunikasi yang baik.
![]() |
| sumber: etbke.esdm.go.id, youtube.com |
Sampai dengan April 2020, rasio elektrifikasi
nasional telah mencapai 98,93%, sumber penerangan dan listrik telah hadir di
berbagai desa. Salah satu cerita datang dari Desa Ampas di Papua, “Perasaan
saya senang, karena sudah ada terang. Sejak Indonesia merdeka tahun 1945, 73
tahun lalu, baru hari ini kita dapat penerangan.”
Sejak ada listrik dan lampu, anak-anak
suka belajar di malam hari, padahal dulu langsung tidur karena tidak bisa beraktivitas
di malam hari. Warga menjadi lebih produktif, semua orang punya kesempatan
pendidikan yang setara, kualitas sumber daya manusia pun menjadi lebih baik.
Penyediaan hunian layak untuk rakyat juga
merupakan bagian dari pembangunan infrastruktur negeri. Hingga 2017 telah
dibangun banyak proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) seperti di Umbulan, pembangunan pengelolaan persampahan seperti di Nambo, serta
pengelolaan sanitasi. Apabila perumahan layak huni, pengelolaan sanitasi, dan
persampahan memadai, maka warga bisa buang air pada tempatnya, memiliki
lingkungan rumah yang sehat, sehingga kualitas kesehatan masyarakat membaik dan
produktivitas pun meningkat.
![]() |
| sumber: economy.okezone.com, bogoronline.com |
Proyek Palapa Ring sebagai infrastruktur telekomunikasi
juga telah diselesaikan pada Oktober 2019 lalu. Manfaatnya tentu dapat
dirasakan seluruh masyarakat yang sebelumnya tidak punya jaringan telepon atau
internet, sekarang akses internet di Indonesia sudah menjangkau 34 provinsi. Informasi
bisa tersebar lebih luas, akses terhadap internet lebih merata, tidak ada ketimpangan
kesempatan antar wilayah.
Secara garis besar, sejak tahun 2014, pembangunan infrastruktur mampu memberikan manfaat nyata pada produktivitas masyarakat Indonesia: lapangan pekerjaan lebih terbuka, sehingga angka pengangguran terus menurun, ketimpangan distribusi pendapatan terus berkurang, angka kemiskinan berkurang, kegiatan ekspor meningkat, pariwisata menjadi primadona, hingga puncaknya mampu menjadikan daya saing global Indonesia lebih maju.
Sebelum melanjutkan perjalanan, saya berterima kasih pada Bang Juned dan Bang Budi yang sudah membuka pandangan saya, bahwa rakyat Indonesia itu... mampu berdaya bersama infrastruktur yang terus berkarya! Seraya mengutip tulisan dari sebuah novel,
“Sebuah negara bukan hanya sebatas kumpulan infrastrukturnya, mereka mengubah batu bata, beton, dan baja, menjadi pembuluh sebagai tempat kemampuan luar biasa manusia mengalir.”-The 5th Wave





0 komentar:
Posting Komentar