Selasa, 01 September 2020

#IniUntukKita - Infrastruktur Negeri: Pembuluh Produktivitas Indonesia


"Sambelnya yang banyak ya, Mbak."

Langitnya mendung, sepertinya mau hujan, paling pas makan bakso pedas selagi panas. Dua jam memacu setir mobil cukup melelahkan juga, untungnya terselamatkan dengan hijau-hijau hutan-gunung sepanjang jalan tol tadi. Melihat bangunan rest area yang cakep membuat saya tidak tahan ingin mampir, maklum, baru pertama kali saya lewat tol Pandaan-Malang ini.

“Jalannya sudah bagus ya, Mas, ini juga sudah ada rest areanya, enak buat istirahat. Nggak takut ngantuk lagi, penumpang juga senang perjalanannya lebih cepat.” Celetuk Bang Juned, sebut saja begitu, seorang sopir bus malam yang sedang menyantap soto ayam di kursi depan saya.

“Zaman Jokowi ini memang banyak banget jalan baru, aku kirim Durian dari Palembang ke Jakarta kemarin bisa hemat sampai 1 hari 1 malam lho, Bang! Jadi nggak takut lagi buahnya busuk di jalan!” seru lelaki muda di sebelahnya yang sedang menyeruput jahe hangat, sebut saja Bang Budi, seorang sopir truk yang suka kirim durian, sawit, ketela, padi, dan barang macam apa saja sudah pernah dia bawa.

“Ini namanya percepatan pembangunan infrastruktur, Bang. Pemerintahan kali ini sedang fokus menciptakan konektivitas dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Tujuannya satu: Indonesia-sentris!” seru saya yang tiba-tiba semangat membahas topik infrastruktur Indonesia ini.

Dalam pidatonya sebagai presiden terpilih pada Juli 2019, Jokowi menyampaikan bahwa tahapan pertama untuk menjadi negara yang lebih produktif dan berdaya saing tinggi adalah dengan melanjutkan pembangunan infrastruktur. Pemerataan ekonomi dan kesejahteraan rakyat dapat tercapai dengan menghubungkan kawasan perkotaan dengan pedesaan, kawasan produksi dengan jaringan konsumen yang lebih luas, sehingga tercipta pertumbuhan nilai ekonomi rakyat.

Konektivitas Darat, Laut, dan Udara: Infrastruktur Pertumbuhan Ekonomi Rakyat

Proyek besar jalan Trans-Sumatera, Trans-Jawa, Trans-Kalimantan, Trans-Papua, dan Trans-Sulawesi, secara bertahap diwujudkan perlahan, manfaatnya agar menjadi jalur penghubung antar seluruh provinsi di Indonesia.

sumber: Kompas

Manfaat pertama yang akan dirasakan adalah berkurangnya biaya logistik distribusi produk, sudah hemat tenaga, hemat waktu, hemat uang bensin pula. Kedua, bertambahnya kapasitas pengangkutan barang dan penumpang baik darat, laut, maupun udara. Ketiga, meluasnya jaringan distribusi barang karena akses menuju wilayah yang sebelumnya sulit dicapai sekarang lebih mudah, tidak perlu bingung lagi mau jual barang ke siapa.

Tidak hanya jalan tol, akses jalan raya di daerah terpencil juga memberikan manfaat besar bagi masyarakat di sekitarnya. Pembangunan jalan baru untuk wilayah perbatasan Indonesia di tiga pulau yaitu Kalimantan, NTT, dan Papua juga telah dirampungkan bertahap. Dari yang mulanya harus menginap di jalan, takut ada preman, harus menebas tanaman liar di hutan, lumpur yang bisa merendam sampai selutut, berkat adanya jalan aspal di perbatasan, warga bisa melakukan aktivitas ekonomi lebih mudah dan produktif.

Era ini juga dikenal nama tol laut, sebuah proyek jalur pelayaran bebas hambatan menggunakan kapal besar untuk keperluan logistik yang menghubungkan pelabuhan di rute utama. Dengan adanya tol laut, ongkos kirim barang utamanya sembako ke pulau-pulau terpencil, Pulau Sabu di NTT misalnya, bisa lebih murah. Terbukti selama 2018, harga barang-barang turun hingga 20-30 persen, harapannya tidak ada lagi kelangkaan barang pokok di seluruh wilayah Indonesia.

sumber: Media Indonesia, Detik.com

Bicara tentang air, infrastruktur bendungan di Indonesia juga menjadi perhatian utama pemerintah. Sebanyak 65 bendungan dari penjuru barat hingga timur sudah dan akan dibangun untuk memenuhi pasokan air dan sistem irigasi para petani. Saya jadi ingat kata Ayah saya dulu di desa, “Petani kalau nggak ngandelin taneman ya nggak punya uang.” Dengan terjaminnya ketersediaan air, tanaman bisa panen, ketahanan pangan Indonesia pun menjadi lebih kuat.

Infrastruktur Negeri Mendukung Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat

“Tapi, Mas, kalau bangun jalan saja kok kayaknya dari tadi yang untung besar hanya pedagang dan pengusaha saja, bagaimana dengan orang kecil lainnya, Mas? Katanya mau menyejahterakan rakyat, nggak semua rakyat bisa dagang, to?” pungkas Bang Budi.

“Infrastruktur nggak cuma bangun jalan dan bangunan, kok. Gampangnya begini, manfaat utama yang ingin dicapai pemerintah dalam pembangunan infrastruktur ini ada dua: pertumbuhan ekonomi dan pemenuhan pelayanan dasar rakyat.”

Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan konektivitas darat, laut, dan udara mulai dari jalan raya, jembatan gantung, lintasan kereta api maupun listrik,  bandara, pelabuhan, sistem irigasi, dimana kesemuanya itu yang jelas akan membuka ladang penghasilan baru, bukan? Sedangkan untuk pemenuhan pelayanan dasar masyarakat diantaranya ada beberapa aspek infrastruktur yang mesti dicapai seperti sumber listrik dan energi memadai, pemukiman layak, serta jaringan telekomunikasi yang baik.

sumber: etbke.esdm.go.id, youtube.com

Sampai dengan April 2020, rasio elektrifikasi nasional telah mencapai 98,93%, sumber penerangan dan listrik telah hadir di berbagai desa. Salah satu cerita datang dari Desa Ampas di Papua, “Perasaan saya senang, karena sudah ada terang. Sejak Indonesia merdeka tahun 1945, 73 tahun lalu, baru hari ini kita dapat penerangan.”

Sejak ada listrik dan lampu, anak-anak suka belajar di malam hari, padahal dulu langsung tidur karena tidak bisa beraktivitas di malam hari. Warga menjadi lebih produktif, semua orang punya kesempatan pendidikan yang setara, kualitas sumber daya manusia pun menjadi lebih baik.

Penyediaan hunian layak untuk rakyat juga merupakan bagian dari pembangunan infrastruktur negeri. Hingga 2017 telah dibangun banyak proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) seperti di Umbulan, pembangunan pengelolaan persampahan seperti di Nambo, serta pengelolaan sanitasi. Apabila perumahan layak huni, pengelolaan sanitasi, dan persampahan memadai, maka warga bisa buang air pada tempatnya, memiliki lingkungan rumah yang sehat, sehingga kualitas kesehatan masyarakat membaik dan produktivitas pun meningkat.

sumber: economy.okezone.com, bogoronline.com


Proyek Palapa Ring sebagai infrastruktur telekomunikasi juga telah diselesaikan pada Oktober 2019 lalu. Manfaatnya tentu dapat dirasakan seluruh masyarakat yang sebelumnya tidak punya jaringan telepon atau internet, sekarang akses internet di Indonesia sudah menjangkau 34 provinsi. Informasi bisa tersebar lebih luas, akses terhadap internet lebih merata, tidak ada ketimpangan kesempatan antar wilayah.

Secara garis besar, sejak tahun 2014, pembangunan infrastruktur mampu memberikan manfaat nyata pada produktivitas masyarakat Indonesia: lapangan pekerjaan lebih terbuka, sehingga angka pengangguran terus menurun, ketimpangan distribusi pendapatan terus berkurang, angka kemiskinan berkurang, kegiatan ekspor meningkat, pariwisata menjadi primadona, hingga puncaknya mampu menjadikan daya saing global Indonesia lebih maju.

Sebelum melanjutkan perjalanan, saya berterima kasih pada Bang Juned dan Bang Budi yang sudah membuka pandangan saya, bahwa rakyat Indonesia itu... mampu berdaya bersama infrastruktur yang terus berkarya! Seraya mengutip tulisan dari sebuah novel,

“Sebuah negara bukan hanya sebatas kumpulan infrastrukturnya, mereka mengubah batu bata, beton, dan baja, menjadi pembuluh sebagai tempat kemampuan luar biasa manusia mengalir.”-The 5th Wave 

Orang Baik

Powered By Blogger

Jejak Istimewa