Selasa, 22 Oktober 2019

Garut, Panji Tersembunyi Ibu Pertiwi

“Hirup mah kudu diajar...
Nulung kanu butuh
Nalang kanu susah
Ngahudangkeun kanu sare
Ngajait kanu titeuleum...”
Suatu kali dalam sebuah kesempatan, seorang figur terkemuka bumiputra Sunda, Ridwan Kamil, mengungkapkan sebait pesan sarat akan makna kahirupan,

Hidup itu harus belajar, menolong mereka yang membutuhkan, menalangi mereka yang kesusahan, membangunkan yang ‘tertidur’, mengangkat yang ‘tenggelam’...

Rahim Ibu Pertiwi setia menyediakan limpah ruah, memenuhi bekal kehidupan anak-anak kandungnya, Rakyat Indonesia. Hamparan sawah hijau, jajaran gunung yang perkasa, buah-buahan ranum, lembah berparas elok, madu dan susu yang keluar tiada habisnya. Meski dirusak dan jarang dirawat, surga-surga tersembunyi Ibu Pertiwi terus mengabdikan diri tuk anak kandung negeri.

Barangkali sebait petuah hendak mengingatkan, bahwa kalian yang hidup di tanah terjanji ini, jangan tidur dan diam saja, bergeraklah membangunkan warisan Ibu Pertiwi yang masih tertidur berpuluh tahun lamanya, beranjaklah mengangkat kekayaan tanah air yang masih tenggelam nun di sana. Perpuluhan kekayaan itu ada untuk menolong mereka yang membutuhkan, menalangi mereka yang kesusahan, memenuhi amanat Ibu Pertiwi: menyejahterakan putra-putrinya.

Surga istimewa yang tersembunyi itu salah satunya bersemayam di tanah sunda. Menjajaki 3.074 kilometer persegi tanah sunda yang terbagi menjadi dua wilayah kekuasaan, kabupaten dan kota.  Tak kurang dari 200 tahun silam, tanah ini seringkali dihantam banjir, namun berkat keyakinan para leluhur untuk mengganti nama Kabupaten Limbangan yang dianggap banyak membawa malapetaka, lahirlah Garut, tanah yang tiada hentinya mendermakan saripatinya untuk Indonesia.

Lewo, Malangbong, Garut
Sumber: Instagram @exploregarut
Garut namanya, bagian dari tanah sunda yang selalu istimewa. Berbagai jenis tanaman, sayuran, buah-buahan, memiliki tingkat keanekaragaman yang jauh lebih banyak melampaui wilayah lain di Pulau Jawa. Tak kurang dari 3.882 jenis spesies tumbuhan mampu tumbuh dengan baik di Tanah Sunda, mengalahkan Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan 2.717 spesies dan 2.581 spesies tumbuhan.

Garut panggilannya, cerminan tepat sebaris lirik lagu “tongkah kayu dan batu jadi tanaman”, hendak menanam apapun di halaman rumah, cabe rawit, tomat, serai, kunyit, dan sanak saudaranya tak akan pernah tumbuh mengecewakan di alam Garut. Hidup dengan melestarikan kearifan serta pengetahuan leluhur, alam akan menjadi satu-satunya kekasih setia urang Garut, sejak dilahirkan, hingga saat menutup hari nanti.

Garut, surga tersembunyi yang mewarisi dua potensi kekayaan alam sekaligus. Panorama dan hasil alam. Panorama Garut bak lukisan bersejarah dalam museum tua, langit biru, awan putih, matahari terbit, matahari terbenam, memanjakan mata, membuat napas terhenti sejenak. Mulai dari gunung hingga lembah, pantai hingga sungai, danau serta telaga, candi juga perkampungan adat, kebun teh hingga pasar. Limpahan hasil alamnya beragam, mulai dari kulit, dodol, domba, teh, hingga berbagai jenis rempah-rempah yang dicari sepanjang sejarah manusia. Terlebih lagi, olahan bahan baku asli Garut mampu disulap menjadi barang berkualitas dunia yang sudah merambah pasar internasional dan berkontribusi bagi penerimaan ekspor negara. Garut bukan lagi daerah yang semestinya dipandang sebelah mata, Garut berhak mendapat perhatian seluruh mata dunia.

Kerajinan Kulit Garut, Membumi nan Eksklusif
Kekayaan hasil alam Garut yang paling mendunia adalah kerajinan kulit. Warna coklat terpajang di setiap sudut kios, memberikan kesan modern yang tetap menghangatkan, membumi namun bernilai canggih dan mahal, perlambangan kekuatan hidup yang kokoh sekaligus menampakkan kebanggaan, seakan berseru “inilah aku!”

Sentra industri kulit Sukagerang, Kabupaten Garut telah membusungkan dadanya sejak sekitar tahun 1970-an. Tangan-tangan terasah menggarap bahan baku lokal hasil pemeliharaan kelas dunia, membuahkan berbagai sandang dengan kualitas internasional. Berdasarkan data Dinas Perindustrian Perdagangan Kabupaten Garut, pernah tercatat jumlah produksi jaket kulit dari Garut mencapai 250.000 potong. Tidak hanya memenuhi permintaan nasional namun juga pasar internasional, diantaranya Singapura, Malaysia, Taiwan, Hongkong, dan Jepang. Data terakhir pada Desember 2017 mengatakan jaket kulit Garut diekspor ke Singapura, Malaysia, Taiwan, dan Australia dengan volume mencapai 9.488 potong atau senilai sekitar 6,1 miliar rupiah.

Padahal, dilansir dari laman Republika.co.id, pada tahun 2019 ini masih banyak pengusaha kerajinan kulit Garut yang menggunakan metode konvensional untuk memasarkan produknya. Mereka mengaku bahwa mereka masih kesulitan dalam memasarkan produknya yang sebenarnya berpotensi untuk bermain di pasar dunia. Metode konvensional saja mampu mengirim ratusan ribu potong kerajinan kulit, apalagi dengan metode modern dengan pemanfaatan teknologi digital. Para pengusaha tersebut berharap agar mereka terus dibina dari segi pemasaran dan manajemen. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat yang maksimal, mimpi Garut untuk berkacak pinggang di panggung dunia bukan lagi angan belaka.

Domba Garut, Bodyguard Pribadi
Garut juga sangat tersohor dengan kehebatan domba peliharaan warganya. Melihatnya saja serasa memiliki bodyguard pribadi. Tubuh berisi bertemu otot kekar, tanduk melengkung kuat berwarna hitam legam, kulit bersih tanpa goresan luka. Kelihatan sekali dirawat penuh kasih sayang oleh pemiliknya. Bahkan sepertinya domba-domba asli Garut mendapatkan asupan yang jauh lebih sehat daripada masyarakat Indonesia yang suka makan gorengan atau kerupuk setiap hari. Selama dipelihara, domba dipastikan mendapatkan berbagai asupan makanan bergizi, sayur-sayuran, vitamin, obat cacing, hingga asupan khusus berbahan jamu kencur, telur, madu, dan susu untuk memicu ketangkasan dan kebugaran.

Domba Garut
Sumber: Instagram @garutulin_
Domba di Garut sengaja dipelihara sedemikian rupa untuk melestarikan seni budaya adu ketangkasan domba Garut. Semakin sering seekor domba memenangkan kejuaraan ketangkasan, semakin tinggi harga yang ditawar untuk domba tersebut. Selain itu, domba-domba Garut juga menjadi sumber utama Indonesia dalam memenuhi permintaan ekspor domba ke luar negeri. Tahun 2018 lalu, sebanyak 300 ekor domba Garut telah diekspor ke Uni Emirat Arab dan kontrak kerja sama tersebut terus berlangsung hingga hari ini. Transaksi tersebut bernilai ekspor sekitar 3,04 miliar rupiah. Hal tersebut karena domba Garut memiliki keunggulan genetik yang tidak dimiliki oleh negara lain.

Teh Kejek, Kebun Teh ‘Kaki’ Gunung Cikuray
Pepatah pernah mengatakan, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Kiranya pepatah tersebut cocok menggambarkan pembuatan teh di Garut yang harus diinjak-injak terlebih dahulu sebelum diseduh dan mampir memanjakan kerongkongan. Sudah menjadi ciri khas di Garut sejak tahun 1970 untuk menggunakan tenaga injakan kaki dalam proses pembuatan teh. Injakan atau dalam bahasa sunda disebut “kejek” tersebut berguna agar getah teh keluar sempurna, semakin bersih getah dari daun teh, semakin nikmat rasa yang dihasilkan. Hamparan kaki Gunung Cikuray berteman dengan seduhan daun Teh Kejek, rasanya tak ada yang lebih menenangkan dari menghirup aroma harum teh asli langsung dari kebunnya.

Teh Kejek, dalam bahasa Sunda, Kejek artinya Injak
Sumber: Instagram @aditya_herlambang_putra

Dilansir dari laman Liputan6.com, olahan Teh Kejek bahkan sudah menjelajah hingga pasar luar negeri. Namun karena keterbatasan pekerja dan proses pengerjaan yang cukup lama, kebanyakan yang dipenuhi hanya permintaan pasar Garut saja. Sayang sekali melihat potensi melanglang buana Teh Kejek ini yang belum mampu dimaksimalkan dalam dunia global.

Holtikultura, Budidaya Taman Kebun Garut


Bayongbong, Garut
Sumber: Instagram @exploregarut

Garut diberkati Tuhan memiliki tanah gembur berlimpah rempah. Garut layak menjadi sumber utama ekspor produk pertanian Indonesia. Beberapa hasil alam Garut telah dikirim ke berbagai pemesan di luar negeri. Berlari ke dataran Singapura, 1000 ton kentang senilai 20 miliar rupiah berhasil dilepas sepanjang tahun 2018. Tak hanya kentang, ekspor kunyit pun telah melancong hingga India, Singapura, Vietnam, bahkan Amerika Serikat dengan volume ekspor selama 2018 sebanyak 9,541 ton. Buah manggis juga dikirim hingga ke China dengan nilai ekspor mencapai 17,6 miliar rupiah. Serta masih banyak lagi potensi produk pertanian Garut yang berkualitas baik untuk dikirim ke luar negeri seperti jahe, sayuran, dan buah-buahan lainnya.

Belum ke Garut Kalau Belum Beli Dodol Garut
Dodol asli Garut
Sumber: Instagram @oleholehgarut09

Legit, manis, berlapis berbagai varian rasa. Entah tangan macam apa yang mengolah hingga jajanan satu ini mampu menjadi primadona Garut sejak tahun 1926. Sekali menggigitnya, setiap unsur yang membentuk Dodol Garut akan lumer dan memberikan rasa manis tanpa ampun bagi lidah. Kiranya tak cukup satu buah untuk memanjakan lidah, itu mengapa banyak pelancong harus membawa pulang Dodol Garut untuk buah tangan. Karena tak hanya memenuhi pasar Indonesia saja, namun peminat Dodol Garut juga telah merambah pasar luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.

Garut, Surga Ekspor Indonesia, Surga Panorama Indonesia
Garut, surga ekspor Indonesia. Kian tahun ekspor Garut menunjukkan peningkatan yang kian cemerlang. Potensi alam yang tiada habisnya semestinya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah, misalnya dengan menjadikan Garut sebagai wilayah yang diprioritaskan untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia.

Tak hanya ekspor, Garut juga mewarisi keindahan panorama Ibu Pertiwi. The Next Bali, julukan yang tepat untuk mulai mengajak masyarakat dan pemerintah Indonesia melihat, bahwa Garut juga berpotensi tinggi dalam sektor pariwisata.

Pantai Cijeruk Indah, Garut
Sumber: Instagram @exploregarut

Mengutip laman CNBC Indonesia, sektor pariwisata menjadi salah satu fokus pemerintah dalam mendukung perekonomian Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan alokasi anggaran dalam Rencana APBN 2020 untuk pariwisata yang meningkat dari perkiraan realisasi APBN 2019, yaitu dari 3,89 triliun rupiah menjadi 4,95 triliun rupiah. Sayangnya, pengembangan pariwisata sejak tahun 1969 hanya mengalami peningkatan di Pulau Dewata, Bali. Permasalahan utama terletak pada keterbatasan infrastruktur penunjang untuk mencapai potensi pariwisata di Indonesia yang belum terekspos bagi wisatawan. Garut menjadi salah satunya, The Next Bali yang belum bisa menampakkan wajahnya di mata wisatawan.

Garut, The Next Bali of Indonesia
Bali punya Pantai Kuta dengan manis sunset-nya, Garut punya Pantai Santolo dengan garis pesisirnya yang tiada ujung sejauh mata memandang, pasir putih yang melemaskan kaki, serta semerbak biru laut yang tak pernah habisnya bergelut dengan birunya langit. Berbeda dengan Kuta, Santolo belum terlalu ramai dipadati pengunjung. Berteman dengan batu besar dan ikan bakar, bagaimana kalau tak usah pulang ke rumah? Menghabiskan waktu sejenak di Pantai Santolo tak ada salahnya, bukan?

Pantai Santolo
Sumber: Instagram @senjakopikita

Bali punya Desa Penglipuran, Garut punya Kampung Pulo. Kalau mau dilombakan, Kampung Pulo jauh lebih tercium bangunan tua dan aroma adatnya. Enam bangunan rumah ditambah satu bangunan musola, tidak pernah bertambah bahkan hanya satu bata sejak abad ke-17 Masehi. Katanya sebagai simbol putra-putri peninggalan Eyang, Embah Dalem Arif Muhammad, saat menyebarkan agama Islam di Garut. Ketujuh bangunan itu melambangkan jumlah  putra-putri Embah, enam perempuan dan satu laki-laki. Jauh dari hiruk pikuk kota, Kampung Pulo menawarkan daya tarik wisata tersendiri, menenangkan pikiran serta penuh dengan pelajaran.

Candi Cangkuang di kawasan Kampung Pulo, Garut
Sumber: Instagram @asligarut_

Bali punya Pura Tanah Lot, Garut punya Candi Cangkuang. Satu-satunya candi peninggalan umat hindu yang masih utuh di tanah sunda. Meskipun tidak berteman laut dan karang, Candi Cangkuang menawarkan pesona tersendiri. Untuk tiba di Candi Cangkuang, pengunjung harus menaiki rakit yang menyeberangkan pengunjung melintasi Danau yang sering dikenal Situ Cangkuang.

Bali punya ritual adat tari Kecak, Garut tak mau kalah dengan Kesenian Lais kebanggaannya. Dimainkan dengan dua batang bambu sepanjang 12 meter yang dihubungkan dengan seutas tali tambang sebagai tempat para pemain menunjukkan aksi akrobatik. Beriringkan musik, para pemain seni Lais melakukan berbagai aksi mulai dari berjalan, tidur, bersantai, menari, hingga membelah buah kelapa dengan goloknya. Semua itu dilakukan tanpa alat pengaman sama sekali. Dibumbui humor dan percakapan nyentrik antar pemain, seni Lais mampu mengundang gelak tawa sekaligus membuat jantung berdebar tak karuan karena aksi akrobatik yang disuguhkan.
Aksi Akrobatik Kesenian Lais
Sumber: Instagram @alam.priangan

Bali punya Gunung Batur Kintamani, Garut punya empat gunung sekaligus yang berjajar mengelilingi. Gunung Papandayan dengan pemandangan luar biasa kawah belerangnya, Gunung Guntur bagi pecinta pendakian terjal dan menantang, Gunung Telaga Bodas dengan panorama telaga biru jernih, serta Gunung Cikuray berhias lautan awan dan rona matahari terbit.
Kolam di Kawasan Gunung Papandayan
Sumber: Instagram @indoflashlight

Tak bisa ke Bali, Garut pun jadi! Dengan beragam wisata yang tak kalah dari Pulau Dewata, menurut saya Garut cocok menjadi alternatif destinasi liburan. Tanpa perlu mengeluarkan kocek sebesar untuk berlibur ke Bali, Garut juga menawarkan panorama yang tak kalah elok. Pemerintah sebaiknya mulai menaruh perhatian pada potensi pariwisata di Garut. Harapannya, selain menjadi punggawa dalam ekspor hasil alam, Garut juga mampu menjadi pelopor kemajuan pariwisata di Indonesia.

Bangunlah, Garut! 
Panutan bangsa, Ir. Soekarno pernah berpesan,
“Aku tinggalkan kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya.”  
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, mengandung 17.504 pulau, melahirkan nusantara yang tak dimiliki oleh negara lain manapun di dunia. Sepanjang sejarah sebelum kemerdekaan, seluruh negara berbondong-bondong ingin merebut tanah manapun di Indonesia, pun Garut, putra kebanggaan Tanah Sunda. Pahlawan-pahlawan sebelum hari ini telah berjuang untuk menyelamatkan bumi Indonesia dan berhasil mewariskannya pada anak cucu Ibu Pertiwi.

Hari ini, menjadi tugas anak kandung bangsa Indonesia, para pemuda yang bergelora semangatnya, untuk membangunkan dan mengangkat hasil alam dan panorama yang diwariskan di Tanah Garut. Harapannya, akan lebih banyak lagi yang mulai memandang Kota dan Kabupaten Garut untuk memanfaatkan potensi pariwisata dan ekspornya dengan baik, hingga ke depannya mampu berandil lebih dalam peningkatan ekonomi Indonesia.

Garut, warisan berharga, panji tuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia.


Referensi

Adharsyah, Taufan. (2019). Jokowi Mau Genjot Infrastruktur Pariwisata, Buat Apa Sih?. Diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20190820153746-4-93360/jokowi-mau-genjot-infrastruktur-pariwisata-buat-apa-sih

Asdhiana, I Made. (2013). Alam Pasundan Sebagai Penghidupan. Diakses dari https://travel.kompas.com/read/2013/07/25/1522267/Alam.Pasundan.sebagai.Penghidupan?page=all

Jelajah Garut. Seni Lais: Kesenian Akrobatik Khas Garut. https://www.jelajahgarut.com/seni-lais-seni-akrobatik-khas-garut/

Nattasya. (2019). Ekspor Produk Pertanian Catatkan Garut Sebagai Produsen Berkualitas. Diakses dari https://tabloidsinartani.com/detail/industri-perdagangan/olahan-pasar/8286-Ekspor-Produk-Pertanian-Catatkan-Garut-Sebagai-Produsen-Berkualitas

Prodjo, Wahyu Adityo. (2018). Asal-Usul Kampung Pulo Garut, Kampung dengan 7 Bangunan. Diakses dari https://amp.kompas.com/travel/read/2018/01/20/140000427/asal-usul-kampung-pulo-garut-kampung-dengan-7-bangunan

Putri, Nabilla. (2018). RI Ekspor 300 Domba Garut ke Uni Emirat Arab Senilai Rp 3 M. Diakses dari https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-4330187/ri-ekspor-300-domba-garut-ke-uni-emirat-arab-senilai-rp-3-m

Republika.co.id. (2019). Mimpi Pengrajin Kulit Garut Menembus Pasar Internasional. Diakses dari https://m.republika.co.id/amp/pu7ade370

Suprapto. (2017). Status Ridwan Kamil Ini Bikin Netizen Benar-benar Baper sampai Bilang: Bapak Jahaaaat. Diakses dari https://wartakota.tribunnews.com/amp/2017/05/04/status-ridwan-kamil-ini-bikin-netizen-benar-benar-baper-sampai-bilang-bapak-jahaaaat

Supriadin, Jayadi. (2019). Rahasia Perawatan Domba Aduan Seharga Ratusan Juta di Garut. Diakses dari https://m.liputan6.com/regional/read/4081879/rahasia-perawatan-domba-aduan-seharga-ratusan-juta-di-garut

Supriadin, Jayadi. (2018). Belanja Murah Produk Kulit Garut, Harga Lokal Rasa Global. Diakses dari https://m.liputan6.com/regional/read/3574707/belanja-murah-produk-kulit-garut-harga-lokal-rasa-global

Supriadin, Jayadi. (2018). Melestarikan Teh Kejek Garut Kesukaan Kaisar Jepang. Diakses dari https://m.liputan6.com/regional/read/3366269/melestarikan-teh-kejek-garut-kesukaan-kaisar-jepang

Orang Baik

Powered By Blogger

Jejak Istimewa