"Mbak, silakan duduk Mbak," seorang lelaki tua menawarkan saya tempat duduk prioritas di dalam sebuah kereta rel listrik tujuan akhir Stasiun Tanah Abang.
Tubuh saya tidak terlihat ringkih, sangat segar bugar malah, kadang saya bertanya-sekaligus bersyukur, masih banyak yang menawarkan saya tempat untuk duduk di kereta yang tak jarang penuh sesak itu.
Orang Indonesia baik-baik ternyata, bisik saya dalam batin.
Namun sudah menjadi kebiasaan, saat perjalanan KRL tidak terlalu jauh saya memilih untuk berdiri dan membiarkan orang lain duduk, toh saya masih kuat berdiri, hitung-hitung olahraga pikir saya.
Seorang pengawal kereta berseragam gagah berdiri mengawasi gerbong yang saya naiki kali ini. Ketika seorang ibu dan anak kecilnya naik, dengan sigap beliau menghampiri bapak-bapak sekiranya umur 40 tahun dan memintakan tempat duduk untuk mereka. Syukurlah, setiap saya menggunakan moda transportasi KRL, saya selalu mendapati ibu dengan anaknya duduk dengan nyaman di kursi prioritas.
Rasa-rasanya 5 tahun lalu fenomena seperti ini masih jarang ditemui di Indonesia. Seiring terus memperbaiki diri, hari ini di setiap ruang tunggu stasiun, bandara, atau terminal, bus Transjakarta, JakLingko, Moda Raya Terpadu (MRT), Lintas Rel Terpadu (LRT), Kereta Rel Listrik (KRL), dan berbagai transportasi umum lainnya penyediaan kursi prioritas adalah sebuah keharusan. Hal tersebut untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan kenyamanan para penumpang yang lebih membutuhkan.
Para orang lanjut usia, ibu dengan anak, penyandang disabilitas, kiranya sudah dapat menikmati transportasi umum dengan selamat, aman, nyaman, tanpa perlu merasa takut. Ditambah pengawasan dari setiap petugas yang selalu siap sedia membantu, Indonesia telah menunjukkan kualitas tranportasi umumnya hari ini.
Hadirnya berbagai transportasi umum merupakan upaya yang membuahkan hasil baik bagi kemajuan tanah air.
Berkat pelayanan yang maksimal dari pemerintah, masyarakat menjadi tidak ragu untuk menggunakan transportasi umum hari ini. Data dari PT. Kereta Commuter Indonesia menyatakan bahwa pengguna KRL rata-rata mencapai jumlah 868 ribu setiap harinya. Jumlah tersebut meningkat hingga 12,55% dari tahun 2017. Selama 2017, jumlah pengguna KRL mencapai 315,8 juta jiwa. Sedangkan untuk transportasi Bus TransJakarta jumlah penumpang mencapai 189,77 juta orang selama tahun 2018. Angka tersebut juga meningkat 31% dari tahun sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan kepercayaan yang meningkat dari masyarakat.
Berdasarkan hasil survey Tom Tom Traffic Index, sebuah lembaga yang melakukan pengukuran terhadap kepadatan kendaraan di dunia mengklaim bahwa kemacetan di ibukota turun hingga 8%. Angka tersebut juga diakui sebagai penurunan terbesar yang terjadi di dunia pada periode sejak 2017 hingga 2018 kemarin. Level kemacetan di Indonesia yang mulanya menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-3 negara termacet di dunia pada 2017, menurun menjadi peringkat ke-7 pada tahun 2018. Bagi masyarakat Indonesia yang barangkali memang masih merasakan kemacetan hari ini, sepatutnya mengapresiasi sedikit demi sedikit upaya pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia atas pencapaian tersebut. Perbaikan terus dilakukan hari demi hari demi kesejahteraan bangsa ini.
Dilansir dari laman Jawapos, Plt. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Sigit Widjatmoko mengatakan bahwa penurunan tingkat kemacetan di Jakarra keseluruhannya disumbang oleh peningkatan pelayanan terkait dengan pengaturan lalu lintas serta pengembangan transportasi umum.
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan juga menggencarkan promosi penggunaan transportasi umum kepada masyarakat menggunakan media iklan di berbagai moda transportasi umum. Bukan tanpa tujuan, pemasangan iklan di KRL, MRT, TransJakarta, atau LRT dimaksudkan untuk menggaet lebih banyak warga agar lebih memilih menaiki transportasi umum daripada menggunakan kendaraan pribadi. Hal tersebut selain dapat mengurangi kemacetan, juga mengurangi polusi udara yang dinilai sudah tidak sehat di Jakarta.
Masih banyak lagi upaya yang terus digencarkan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dalam memajukan transportasi umum di Indonesia. Berbagai program, kegiatan, promosi, ajakan, serta inovasi dapat langsung diakses masyarakat melalui website resmi Kementerian Perhubungan RI pada alamat dephub.go.id. Seiring perkembangan teknologi, Kementerian Perhubungan RI juga selalu mengupdate perkembangan transportasi umum tanah air melalui akun instagram @kemenhub151 atau akun twitter di @kemenhub151. Tentu saja agar generasi milenial juga mulai peduli pada upaya pemerintah saat ini.
Kementerian Perhubungan RI juga memposting pada situs websitenya berbagai laporan pencapaian, laporan pertanggungjawaban, laporan keuangan, dan berita perkembangan terkini untuk menunjukkan transparansi serta akuntabilitasnya kepada masyarakat.
Tanpa dukungan dari masyarakat, upaya pemerintah bukan apa-apa. Negara ini membutuhkan kerja sama semua pihak, tidak hanya pemerintah yang berusaha sendiri. Seperti pepatah yang selalu menjadi andalan ketika sekolah pendidikan dasar dahulu, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Sama seperti sebuah hubungan, kalau di antara dua orang yang berusaha hanya salah satunya, rasanya menyakitkan bukan?
Suatu hari saya bertanya pada kawan yang selalu menggunakan moda transportasi KRL untuk berangkat ke kantornya.
"Memangnya tidak lelah harus berdesakan setiap hari menggunakan KRL? Rumahmu jauh, bukan? Dari Tangerang Selatan menuju Jakarta Pusat bukan jarak yang dekat, lho," begitu saya bertanya penuh heran karena pengalaman naik dari Stasiun Pondok Ranji ke Stasiun Manggarai saja sudah cukup melelahkan bagi saya, lemah memang.
"Lebih enak naik KRL lho zaman sekarang. Daripada saya naik sepeda motor berjejalan dengan kemacetan, naik transportasi umum sudah dijamin kedatangan dan keberangkatannya, selain itu murah pula hanya mengeluarkan kocek 6000 rupiah untuk perjalanan pergi dan pulang, dan juga lebih hemat tenaga pastinya. Hari ini, masyarakat Indonesia sebaiknya tahu bagaimana transportasi umum sudah menjadi lebih nyaman dari pada masa-masa sebelumnya." Jawaban panjang lebar darinya membuat saya manggut-manggut terkesima.
"Lalu, bagaimana dengan keamanannya? Bukankah banyak pencopetan di transportasi umum?" Saya menanyakan hal yang pernah saya alami sendiri dalam sebuah bus antar kota dari Jakarta menuju Malang.
"Kalau hal tersebut, kembali pada pribadi masing-masing. Kamu tidak bisa menyalahkan transportasi umum yang sudah didesain seapik itu. Letakkan tas punggungmu di hadapanmu, masukkan barang berharga ke dalam tasmu, jangan terlalu sering bermain gawai saat perjalanan, luangkan lebih banyak waktu untuk memperhatikan sekitarmu. Kiranya tak akan ada kehilangan apapun bila kamu berhati-hati dengan baik." Kembali saya dibuat diam dengan jawabannya. Benar juga ya, batin saya dalam hati.
Setelah hari itu, ternyata banyak dari relasi saya yang memang lebih memilih untuk menaiki transportasi umum untuk aktivitas sehari-harinya. Selain murah, mengurangi kemacetan, menghemat tenaga, juga mendukung upaya pemerintah dalam memperbaiki negeri ini.
"Naik TransJakarta itu menyenangkan. Halte pemberhentian lebih banyak, kamu bisa ke mana pun hanya dengan 3500 rupiah tanpa perlu mengeluarkan tenaga berpanas-panasan mengendari sepeda motor." Salah seorang rekan kerja yang setiap hari pergi pulang dari rumahnya di Jakarta Selatan menuju pusat ibu kota juga pernah menyatakan kepuasannya pada transportasi umum pada saya.
Saya sendiri yang sudah mencoba menaiki beberapa transportasi umum yang tersedia di Jabodetabek merasa sangat terbantu dengan kehadiran mereka. Bukan hanya ramah di kantong, namun fasilitas yang memadai juga menjadi alasan saya untuk lebih memilih menggunakan KRL atau Bus TransJakarta untuk mengunjungi beberapa titik tertentu di Jabodetabek. Sekitar 2 tahun lalu saat saya pertama kali menginjakkan kaki di tanah Jakarta, saya selalu berpergian menggunakan sepeda motor apabila ingin berkunjung ke Jakarta atau Bogor-dari Tangerang Selatan, domisili saya di Jabodetabek. Namun, sudah 2 tahun terakhir ini pula saya lebih memilih untuk menaiki KRL, MRT, atau TransJakarta untuk mengantar saya sampai tujuan. Sudah murah, dingin, nyaman, cepat, lalu alasan apalagi yang membuat saya tidak memilih untuk menaiki transportasi umum?
"Dik, kereta ini benar menuju stasiun Manggarai, bukan?" Tanya seorang Ibu pada saya. Saya mengangguk dan menjelaskan beberapa rute, kemudian beliau tersenyum dan mulai bercerita banyak hal mengenai kehidupannya.
Bagaimana seorang lelaki tua bertahan di ibu kota, seorang remaja menikmati setiap sudut Jakarta, bagaimana seorang anak sekolah dasar berangkat menggunakan KRL menuju sekolahnya setiap hari, bagaimana seorang pedagang atau tengkulak menghabiskan hampir separuh lantai kereta di depan pintu menaruh barang dagangan-sumber penghidupannya-setiap subuh, bagaimana seorang ibu menenangkan anaknya yang terus merengek ingin segera sampai ke rumah, bagaimana sebuah keluarga membawa senyuman untuk bertamasya entah ke Monas atau Pantai Ancol, bagaimana seorang mahasiswa membawa tumpukan berkas skripsinya menuju dosen pembimbingnya untuk mendapat kata setuju, atau seorang bujang dengan kemeja batik dan wajah lelahnya setelah bekerja seharian menanti pundi-pundi tabungannya segera penuh untuk menikahi gadis yang dicintainya.
Referensi:
Badan Pusat Statistik, Kereta Commuter Jabodetabek, PT, 2018.
Jawapos. (2019). Survei TomTom: Jakarta Alami Penurunan Kemacetan Terbesar di Dunia. Diakses pada 12 November 2019 dari https://www.google.com/amp/s/www.jawapos.com/jpg-today/17/06/2019/survei-tomtom-jakarta-alami-penurunan-kemacetan-terbesar-di-dunia/%3famp
Velarosdela, Rindi Nuris. (2019). Jumlah Penumpang Transjakarta Tahun 2018 Capai 189,77 Juta. Diakses pada 12 November 2019 dari https://megapolitan.kompas.com/read/2019/01/01/19065301/jumlah-penumpang-transjakarta-tahun-2018-capai-18977-juta.
Tubuh saya tidak terlihat ringkih, sangat segar bugar malah, kadang saya bertanya-sekaligus bersyukur, masih banyak yang menawarkan saya tempat untuk duduk di kereta yang tak jarang penuh sesak itu.
Orang Indonesia baik-baik ternyata, bisik saya dalam batin.
![]() |
| Kereta Rel Listrik (KRL) sebagai salah satu transportasi umum favorit warga ibu kota (Sumber: instagram @wisnu_adika) |
Namun sudah menjadi kebiasaan, saat perjalanan KRL tidak terlalu jauh saya memilih untuk berdiri dan membiarkan orang lain duduk, toh saya masih kuat berdiri, hitung-hitung olahraga pikir saya.
Seorang pengawal kereta berseragam gagah berdiri mengawasi gerbong yang saya naiki kali ini. Ketika seorang ibu dan anak kecilnya naik, dengan sigap beliau menghampiri bapak-bapak sekiranya umur 40 tahun dan memintakan tempat duduk untuk mereka. Syukurlah, setiap saya menggunakan moda transportasi KRL, saya selalu mendapati ibu dengan anaknya duduk dengan nyaman di kursi prioritas.
Rasa-rasanya 5 tahun lalu fenomena seperti ini masih jarang ditemui di Indonesia. Seiring terus memperbaiki diri, hari ini di setiap ruang tunggu stasiun, bandara, atau terminal, bus Transjakarta, JakLingko, Moda Raya Terpadu (MRT), Lintas Rel Terpadu (LRT), Kereta Rel Listrik (KRL), dan berbagai transportasi umum lainnya penyediaan kursi prioritas adalah sebuah keharusan. Hal tersebut untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan kenyamanan para penumpang yang lebih membutuhkan.
Para orang lanjut usia, ibu dengan anak, penyandang disabilitas, kiranya sudah dapat menikmati transportasi umum dengan selamat, aman, nyaman, tanpa perlu merasa takut. Ditambah pengawasan dari setiap petugas yang selalu siap sedia membantu, Indonesia telah menunjukkan kualitas tranportasi umumnya hari ini.
Hadirnya berbagai transportasi umum merupakan upaya yang membuahkan hasil baik bagi kemajuan tanah air.
![]() |
| Bus TransJakarta sebagai salah satu transportasi umum andalan Jakarta (Sumber: instagram @jakarta.ku) |
Berkat pelayanan yang maksimal dari pemerintah, masyarakat menjadi tidak ragu untuk menggunakan transportasi umum hari ini. Data dari PT. Kereta Commuter Indonesia menyatakan bahwa pengguna KRL rata-rata mencapai jumlah 868 ribu setiap harinya. Jumlah tersebut meningkat hingga 12,55% dari tahun 2017. Selama 2017, jumlah pengguna KRL mencapai 315,8 juta jiwa. Sedangkan untuk transportasi Bus TransJakarta jumlah penumpang mencapai 189,77 juta orang selama tahun 2018. Angka tersebut juga meningkat 31% dari tahun sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan kepercayaan yang meningkat dari masyarakat.
Berdasarkan hasil survey Tom Tom Traffic Index, sebuah lembaga yang melakukan pengukuran terhadap kepadatan kendaraan di dunia mengklaim bahwa kemacetan di ibukota turun hingga 8%. Angka tersebut juga diakui sebagai penurunan terbesar yang terjadi di dunia pada periode sejak 2017 hingga 2018 kemarin. Level kemacetan di Indonesia yang mulanya menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-3 negara termacet di dunia pada 2017, menurun menjadi peringkat ke-7 pada tahun 2018. Bagi masyarakat Indonesia yang barangkali memang masih merasakan kemacetan hari ini, sepatutnya mengapresiasi sedikit demi sedikit upaya pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia atas pencapaian tersebut. Perbaikan terus dilakukan hari demi hari demi kesejahteraan bangsa ini.
Dilansir dari laman Jawapos, Plt. Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Sigit Widjatmoko mengatakan bahwa penurunan tingkat kemacetan di Jakarra keseluruhannya disumbang oleh peningkatan pelayanan terkait dengan pengaturan lalu lintas serta pengembangan transportasi umum.
![]() |
| Lintas Rel Terpadu (LRT) sebagai harapan baru transportasi modern untuk mengurangi kemacetan (Sumber: instagram @jakarta_skylines) |
Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan juga menggencarkan promosi penggunaan transportasi umum kepada masyarakat menggunakan media iklan di berbagai moda transportasi umum. Bukan tanpa tujuan, pemasangan iklan di KRL, MRT, TransJakarta, atau LRT dimaksudkan untuk menggaet lebih banyak warga agar lebih memilih menaiki transportasi umum daripada menggunakan kendaraan pribadi. Hal tersebut selain dapat mengurangi kemacetan, juga mengurangi polusi udara yang dinilai sudah tidak sehat di Jakarta.
Masih banyak lagi upaya yang terus digencarkan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dalam memajukan transportasi umum di Indonesia. Berbagai program, kegiatan, promosi, ajakan, serta inovasi dapat langsung diakses masyarakat melalui website resmi Kementerian Perhubungan RI pada alamat dephub.go.id. Seiring perkembangan teknologi, Kementerian Perhubungan RI juga selalu mengupdate perkembangan transportasi umum tanah air melalui akun instagram @kemenhub151 atau akun twitter di @kemenhub151. Tentu saja agar generasi milenial juga mulai peduli pada upaya pemerintah saat ini.
Kementerian Perhubungan RI juga memposting pada situs websitenya berbagai laporan pencapaian, laporan pertanggungjawaban, laporan keuangan, dan berita perkembangan terkini untuk menunjukkan transparansi serta akuntabilitasnya kepada masyarakat.
Tanpa dukungan dari masyarakat, upaya pemerintah bukan apa-apa. Negara ini membutuhkan kerja sama semua pihak, tidak hanya pemerintah yang berusaha sendiri. Seperti pepatah yang selalu menjadi andalan ketika sekolah pendidikan dasar dahulu, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Sama seperti sebuah hubungan, kalau di antara dua orang yang berusaha hanya salah satunya, rasanya menyakitkan bukan?
![]() |
| Moda Raya Terpadu (MRT) sebagai transportasi umum baru untuk mengurangi kemacetan (Sumber: instagram @ahmad_thoyyib) |
Suatu hari saya bertanya pada kawan yang selalu menggunakan moda transportasi KRL untuk berangkat ke kantornya.
"Memangnya tidak lelah harus berdesakan setiap hari menggunakan KRL? Rumahmu jauh, bukan? Dari Tangerang Selatan menuju Jakarta Pusat bukan jarak yang dekat, lho," begitu saya bertanya penuh heran karena pengalaman naik dari Stasiun Pondok Ranji ke Stasiun Manggarai saja sudah cukup melelahkan bagi saya, lemah memang.
"Lebih enak naik KRL lho zaman sekarang. Daripada saya naik sepeda motor berjejalan dengan kemacetan, naik transportasi umum sudah dijamin kedatangan dan keberangkatannya, selain itu murah pula hanya mengeluarkan kocek 6000 rupiah untuk perjalanan pergi dan pulang, dan juga lebih hemat tenaga pastinya. Hari ini, masyarakat Indonesia sebaiknya tahu bagaimana transportasi umum sudah menjadi lebih nyaman dari pada masa-masa sebelumnya." Jawaban panjang lebar darinya membuat saya manggut-manggut terkesima.
"Lalu, bagaimana dengan keamanannya? Bukankah banyak pencopetan di transportasi umum?" Saya menanyakan hal yang pernah saya alami sendiri dalam sebuah bus antar kota dari Jakarta menuju Malang.
"Kalau hal tersebut, kembali pada pribadi masing-masing. Kamu tidak bisa menyalahkan transportasi umum yang sudah didesain seapik itu. Letakkan tas punggungmu di hadapanmu, masukkan barang berharga ke dalam tasmu, jangan terlalu sering bermain gawai saat perjalanan, luangkan lebih banyak waktu untuk memperhatikan sekitarmu. Kiranya tak akan ada kehilangan apapun bila kamu berhati-hati dengan baik." Kembali saya dibuat diam dengan jawabannya. Benar juga ya, batin saya dalam hati.
Setelah hari itu, ternyata banyak dari relasi saya yang memang lebih memilih untuk menaiki transportasi umum untuk aktivitas sehari-harinya. Selain murah, mengurangi kemacetan, menghemat tenaga, juga mendukung upaya pemerintah dalam memperbaiki negeri ini.
"Naik TransJakarta itu menyenangkan. Halte pemberhentian lebih banyak, kamu bisa ke mana pun hanya dengan 3500 rupiah tanpa perlu mengeluarkan tenaga berpanas-panasan mengendari sepeda motor." Salah seorang rekan kerja yang setiap hari pergi pulang dari rumahnya di Jakarta Selatan menuju pusat ibu kota juga pernah menyatakan kepuasannya pada transportasi umum pada saya.
Saya sendiri yang sudah mencoba menaiki beberapa transportasi umum yang tersedia di Jabodetabek merasa sangat terbantu dengan kehadiran mereka. Bukan hanya ramah di kantong, namun fasilitas yang memadai juga menjadi alasan saya untuk lebih memilih menggunakan KRL atau Bus TransJakarta untuk mengunjungi beberapa titik tertentu di Jabodetabek. Sekitar 2 tahun lalu saat saya pertama kali menginjakkan kaki di tanah Jakarta, saya selalu berpergian menggunakan sepeda motor apabila ingin berkunjung ke Jakarta atau Bogor-dari Tangerang Selatan, domisili saya di Jabodetabek. Namun, sudah 2 tahun terakhir ini pula saya lebih memilih untuk menaiki KRL, MRT, atau TransJakarta untuk mengantar saya sampai tujuan. Sudah murah, dingin, nyaman, cepat, lalu alasan apalagi yang membuat saya tidak memilih untuk menaiki transportasi umum?
"Dik, kereta ini benar menuju stasiun Manggarai, bukan?" Tanya seorang Ibu pada saya. Saya mengangguk dan menjelaskan beberapa rute, kemudian beliau tersenyum dan mulai bercerita banyak hal mengenai kehidupannya.
Satu hal lain yang tak akan kau temukan selain di transportasi umum, mendapati berbagai cerita hidup seseorang, mulai dari susah hingga senang.
Bagaimana seorang lelaki tua bertahan di ibu kota, seorang remaja menikmati setiap sudut Jakarta, bagaimana seorang anak sekolah dasar berangkat menggunakan KRL menuju sekolahnya setiap hari, bagaimana seorang pedagang atau tengkulak menghabiskan hampir separuh lantai kereta di depan pintu menaruh barang dagangan-sumber penghidupannya-setiap subuh, bagaimana seorang ibu menenangkan anaknya yang terus merengek ingin segera sampai ke rumah, bagaimana sebuah keluarga membawa senyuman untuk bertamasya entah ke Monas atau Pantai Ancol, bagaimana seorang mahasiswa membawa tumpukan berkas skripsinya menuju dosen pembimbingnya untuk mendapat kata setuju, atau seorang bujang dengan kemeja batik dan wajah lelahnya setelah bekerja seharian menanti pundi-pundi tabungannya segera penuh untuk menikahi gadis yang dicintainya.
"Stasiun Tanah Abang. Hati-hati melangkah, perhatikan celah peron." Dengan mantap saya melangkahkan kaki ini keluar kereta, bertekad untuk memulai apapun dengan sebaik-baiknya. Begitu pula Kementerian Perhubungan dengan berbagai upayanya. Izinkan saya membisikkan sesuatu, pencapaianmu selama 5 tahun ini, utamanya transportasi umum di Jabodetabek, sangat membantu setiap orang yang sedang berpeluh mencari penghidupan lebih baik di tanah ini. Terima kasih untuk kalian yang selalu berusaha dan bekerja ikhlas untuk membuat Indonesia selangkah lebih maju setiap harinya.
Referensi:
Badan Pusat Statistik, Kereta Commuter Jabodetabek, PT, 2018.
Jawapos. (2019). Survei TomTom: Jakarta Alami Penurunan Kemacetan Terbesar di Dunia. Diakses pada 12 November 2019 dari https://www.google.com/amp/s/www.jawapos.com/jpg-today/17/06/2019/survei-tomtom-jakarta-alami-penurunan-kemacetan-terbesar-di-dunia/%3famp
Velarosdela, Rindi Nuris. (2019). Jumlah Penumpang Transjakarta Tahun 2018 Capai 189,77 Juta. Diakses pada 12 November 2019 dari https://megapolitan.kompas.com/read/2019/01/01/19065301/jumlah-penumpang-transjakarta-tahun-2018-capai-18977-juta.

















